Pandemi yang membawa berkah. Well, tidak bisa dipungkiri pandemi ini berdampak bagi banyak pihak. Bahkan bisa dikatakan semua pihak terdampak. Tapi tidak bisa menyangkal juga bahwa pandemi mengajari kita untuk bisa melihat dari sisi yang lain. Sisi yang sangat patut untuk mensyukurinya dan menjadi sebuah keberkahan dalam hidup pada saat tengah pandemi ini. Dan bagi saya, sisi itu adalah lebih banyak waktu dan kondisi yang bisa kita manfaatkan untuk hal-hal yang sepertinya mungkin pada hari-hari normal (read: bukan masa pandemi) cukup sulit untuk melakukannya. Hal apakah itu? Salah satunya: bersepeda!
Bersepeda Saat Pandemi
Yap, salah satu hal yang bisa saya lakukan selama pandemi ini dalam 1 bulan terakhir adalah bersepeda. Bersepeda sebagai hobi baru yang mana hal yang dulu sepertinya saya bingung mau melakukannya kapan. Mau mengambil waktu pada akhir minggu tapi tampaknya ada saja kegiatan setiap akhir minggu. Atau kalaupun tidak ada kegiatan, rasanya leyeh-leyeh ketika akhir minggu lebih nyaman karena energi sudah banyak terkuras sepanjang hari kerja dari Senin sampai Jumat. Mau ambil hari kerja, lebih gak nyaman lagi karena jalanan Ibukota pada hari kerja normal itu yaaa begitulah.
Namun ternyata pada masa pandemi ini, dengan kondisi yang mana banyak melakukan kegiatan kantor di rumah, memberikan saya kesempatan untuk bersepeda rutin. Well, niat awal cukup 2x seminggu, tapi sepertinya seiring berjalan waktu akan saya tingkatkan lagi frekuensinya. Hopefully. Karena rasanya menyenangkan! Energi yang biasanya terkuras habis pada jalanan Jakarta dengan kesemrawutannya, kini bisa saya salurkan melalui kegiatan bersepeda ini. Cukup lumayan membuat keringat bercucuran dan otot paha cenat-cenut sedikit. Tapi saya senang, paling tidak ada kegiatan olahraga RUTIN yang saya jalani saat ini.
Sebenarnya tidak hanya waktu dan energi saja yang menjadi faktor bersepeda pada masa pandemi ini menjadi lebih enak, tapi juga kondisi jalanan yang lebih kondusif. Saya terus terang tidak suka bersepeda pada saat banyak kendaraan bermotor pada jalanan. Terlalu beresiko. Dan bagi saya sendiri, keberadaan saya di jalan (walaupun di pinggir), tetap mengganggu laju kendaraan bermotor. Karenanya sampai saat ini saya lebih suka bersepeda pagi-pagi. Setelah shalat subuh, lanjut pemanasan sedikit, lalu meluncur dengan sepeda ke jalanan. Biasanya sebelum jam 7 saya sudah ada kembali ke rumah lagi. Dan kondisi jalan saat pulang ke rumah pun masih cukup nyaman. Kebayang kan saat sebelum pandemi, saat suasana normal, gimana hectic dan semrawutnya jalanan Jakarta? Jam setengah 6 saja jalanan pada beberapa titik sudah ramai sekali, cenderung macet. Well, berkah lainnya pada masa pandemi bukan?
Macam – macam Sepeda
Dan bicara mengenai bersepeda, agaknya kurang lengkap kalo saya tidak menyertakan sedikit cerita awal mula pemilihan dan pembelian sepeda. Jadi ijinkan saya berbagi sedikit pengalaman membeli sepeda ya. Awal saya berniat mau membeli sepeda, saya bertanya kepada beberapa teman yang saya tahu sudah lebih dulu menggeluti dunia per-sepeda-an. Dan saya baru ngeh kalau ternyata sepeda banyak macamnya. Ada folding bike (sepeda lipat, contohnya: Brompton), Mountain Bike (MTB), Roadbike (Sepeda Balap), dan lain-lain. MTB pun ada macamnya lagi, ada downhill (sepeda yang khusus untuk meluncur ke bawah), ada yang MTB biasa untuk all road. Ada juga istilah brifter, singkatan dari break and shifter, yang mana pedal rem (pada tangan tentunya) dan shifter (ganti gigi) menjadi 1. Jadi tangannya gak repot pindah-pindah. See, banyak kan? Dan dengan beragam merk dan juga variasi harga tentunya.
Setelah mendapatkan info mengenai jenis sepeda dan melewati beberapa pertimbangan, akhirnya saya memilih sepeda jenis Roadbike. Entah kenapa memang lebih tertarik ke jenis sepeda itu, walaupun naik sepedanya gak ngebut. Lalu mulailah pencarian sepeda ini. Browsing sana sini, tanya-tanya melalui web, sampai akhirnya langsung datang ke toko sepedanya. Memang belum jodoh, stok sepeda jenis roadbike lagi kosong melompong untuk semua brand (tentunya yang masuk dengan budget saya). Akhirnya balik kanan, beralih mencari sepeda secondhand, dan alhamdulillah dapat referensi dari marketplace FB (saya juga baru tahu ada FB ada marketplace-nya sekarang). Gak pake lama langsung nego, harga cocok, langsung eksekusi!
Bersepeda Rutin
Dan dengan sepeda itu, sekarang lagi asik bersepeda 2x seminggu dengan rata-rata jarak sekitar 10-15 km. Semoga bersepeda sebagai hobi baru ini bisa tetap rutin dan saat pandemi ini berlalu nanti semoga situasi dan kondisi tetap kondusif untuk bersepeda. Semoga makin paham juga dengan sepeda dan segala pernak-perniknya. Cita-citanya sih bisa otak-atik sepeda sendiri jadi gak harus selalu ke bengkel sepeda (walaupun ada dua bengkel sepeda sih di deket rumah). Dan supaya lebih mandiri aja. Jadi kalau di jalan ada apa-apa sama sepedanya bisa benerin sendiri deh.
Okedeh, segitu aja sedikit kisah bersepeda sebagai hobi baru saya. Mungkin nanti jika ada ilmu baru tentang sepeda saya akan share lagi. Selamat berolahraga, selamat bersepeda, dan jangan lupa tetap sehat dan bahagia.