Fakta dan Data Menarik Timnas Italia Juara Piala Eropa 2020 Usai Kalahkan Inggris
Italia Juara Piala Eropa 2020 – Timnas Italia menjadi juara Piala Eropa 2020 setelah mengalahkan Inggris melalui adu penalti di Stadion Wembley, London, Senin (12/7/2021).
– Gol Luke Shaw di menit kedua menjadi yang tercepat di final Piala Eropa.
– Leonardo Bonucci (34 tahun dan 71 hari) tercatat sebagai pencetak gol tertua di final Piala Eropa.
Baca juga: Italia vs Inggris, Leonardo Bonucci Jadi Pencetak Gol Tertua di Final Piala Eropa
– Piala Eropa 2020 menjadi final Kejuaraan Eropa kedua yang diakhiri melalui adu penalti setelah pertandingan tahun 1976.
– Duel melawan Italia adalah penampilan pertama Inggris di final Piala Eropa dan final pertama pula di turnamen besar sejak memenangkan Piala Dunia 1966.
– Inggris hanya menang dua kali dari 14 pertemuan terakhir dengan Italia di semua kompetisi, menang 2-0 pada Juni 1997 dan 2-1 pada Agustus 2013, keduanya di ajang persahabatan.
– Ini adalah final turnamen besar ketiga (Piala Eropa/Piala Dunia) yang digelar di Stadion Wembley.
Dua sebelumnya sama-sama dimenangkan dalam perpanjangan waktu, dengan Inggris mengalahkan Jerman di Piala Dunia 1966, dan Jerman mengalahkan Republik Ceko di Piala Eropa 1996.
Mereka berhasil mencetak 86 gol dan hanya kebobolan 10 kali dalam periode ini.
– Dalam rekor 33 pertandingan tak terkalahkan Italia menjelang final malam ini, Azzurri hanya tertinggal selama 44 menit.
Italia tertinggal selama 43 dari 45 menit di babak pertama melawan Inggris malam ini.
– Berusia 19 tahun 309 hari, Bukayo Saka menjadi pemain termuda keempat yang tampil di putaran final Piala Eropa, setelah Renato Sanches (2016), Cristiano Ronaldo (2004) dan Anatoliy Baidachniy (1972). Selengkapnya.
Positif Covid-19, Sherina Munaf: Hidung Mulai Makin Susah menangkap aroma-aroma
“Hidung mulai makin susah menangkap aroma-aroma, tetapi berusaha bersabar karena ini adalah bagian dari proses penyembuhan,” jelas pemain film Wiro Sableng itu.Baca Juga:Sherina Munaf Dinyatakan Positif Covid-19 Sherina Munaf kemudian memberi dukungan untuk masyarakat yang juga tengah berjuang sembuh dari covid-19.
“Sending love and strength untuk teman-teman yang lagi berjuang lawan covid-19,” tambah Sherina Munaf. Selengkapnya.
Kronologi Meninggalnya Bupati Bekasi karena Covid-19, Sempat Tak Kebagian ICU Halaman
BEKASI, Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja meninggal dunia setelah berjuang melawan Covid -19 pada Minggu (11/7/2021).
Bupati sempat menjalani perawatan selama 10 hari di dua rumah sakit yakni di RS Permata Bekasi dan Rumah Sakit Siloam, Kelapa Dua, Tangerang.
Perawatan dilakukan di Tangerang setelah Sang Bupati tak mendapat ruang ICU di wilayahnya sendiri yang penuh dengan pasien.
Berikut kronologi kondisi kesehatan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja dari mulai terkonfirmasi Covid-19 hingga meninggal dunia.
Kegiatan terakhir Bupati Eka yang dipublikasikan oleh Pemkab Bekasi tercatat dilakukan pada 26 Juni.
Eka pun menjalani pemeriksaan PCR dan terkonfirmasi positif Covid-19.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan hasil Swab PCR pada Kamis (1/7), Bupati Eka dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.
Pemkab Bekasi secara resmi mengumumkan kondisi kesehatan Bupati Eka melalui laman sosial media Twitter, @pemkabbekasi.
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja terkonfirmasi Positif Covid-19.
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja terkonfirmasi Positif Covid-19.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan hasil Swab PCR pada Kamis (1/7), Bupati Eka dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19,” demikian yang tertulis dalam akun Twitter, @pemkabbekasi.
Enny juga menyampaikan bahwa Bupati Bekasi kini sedang dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Siloam Kelapa Dua Tangerang, sejak Minggu (4/7) pagi.
“Saat ini Bapak Bupati dalam kondisi cukup stabil, kondisi jantung dan tekanan darah normal namun karena beliau ada komorbid jadi harus dilakukan perawatan di Ruang ICU,” ungkapnya.
Bupati Eka dipindah ke Rumah Sakit Siloam, Kelapa Dua, Tangerang karena tidak mendapatkan ICU di rumah sakit sekitar Kabupaten Bekasi.
Bupati Bekasi Eka dikabarkan meninggal dunia pada pukul 21.30 WIB ketika sedang dirawat di Rumah Sakit Siloam. Selengkapnya.
Nia Ramadhani & Ardi Direhab, Sang Buah Hati Diasuh Aburizal Bakrie
Jakarta, – Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie pada Rabu (7/7) ditangkap polisi terkait kasus narkoba.
Selama Nia dan Ardi ditangkap dan kini menjalani rehabilitasi, tiga buah hati mereka dititipkan kepada keluarga.
Saya yakin bapak Aburizal pasti memberikan yang terbaik buat cucu-cucunya,” ungkap kuasa hukum Nia dan Ardi, Wa Ode Nur Zaenab, ditemui di kawasan Jakarta, Minggu (11/7).
Saat disinggung lagi soal kapan Nia pertama kali memakai narkoba, Wa Ode Nur Zaenab enggan berkomentar.
Lebih lanjut, Wa Ode Nur Zaenab menegaskan bahwa Nia dan Ardi sudah menjalani rehabilitas karena mereka pengguna narkoba dan harus segera mendapat pengobatan.
“Yang saya dapat informasi tadi pagi sudah dikoordinasikan dengan BNN. Selengkapnya.
Selain Tragedi Srebrenica, Ini 4 Genosida Terbesar Sepanjang Sejarah
Memperingati tragedi berdarah 11 Juli 1995, di mana terjadi pembantaian kaum muslim Bosniaks di Kota Srebrenica, Bosnia dan Herzegovina, dunia seolah berhenti.
Genosida atau pembantaian massal adalah bagian dari sejarah, yang walaupun kelam, tak bisa dipungkiri pernah benar-benar terjadi.
Ada lima hal yang bisa didefinisikan sebagai genosida, yaitu bermaksud menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, kelompok nasional, etnis, ras atau agama.
Tak hanya tragedi di Srebrenica, berikut 4 pembantaian massal atau genosida yang menggores tinta hitam dalam sejarah.
Pembantaian, pemulangan, deportasi paksa, dan kematian karena penyakit di kamp-kamp konsentrasi, diperkirakan menewaskan lebih dari 1 juta etnis Armenia, Asyur, dan Yunani antara tahun 1915 dan 1923.
Tak heran selama berkuasa mulai tahun 1933, Partai Nazi menerapkan strategi penganiayaan, pembunuhan, dan genosida yang terorganisir.
Hitler seolah memurnikan etnisnya dengan tumpahan darah manusia tak berdosa–yang malah mengotori pemerintahan kejamnya.
Kelompok Khmer Merah yang mengambil alih pemerintahan Kamboja pada 1975, langsung memburu para musuh politik yang dianggap bisa membahayakan pemerintahannya.
Dikenal sebagai “Killing Fields” atau ladang pembantaian Khmer Merah, tentu saja hal ini jadi sejarah paling hitam selama Kamboja berdiri. Selengkapnya.
Lihat juga twit dan rangkuman berita lainnya.