Semua agama, termasuk Islam mengajarkan seorang anak agar berbakti kepada kedua orangtuanya. Berbakti kepada kedua orangtua dapat kita lakukan dengan cara membantu, tidak pernah membantah ketika mereka memberikan nasihat dan mendo’akan mereka. Kali ini kami akan menceritakan salah satu kisah tabi’in yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, yaitu Uwais Al-Qarni dan baktinya kepada orangtua. Uwais Al-Qarni, hikayat yang betul-betul menggetarkan jiwa setiap pemuda. Ia dikenal dengan kecintaan dan baktinya yang luar biasa terhadap ibunya, sehingga ia dikenal sebagai pemuda yang tidak dikenal di bumi tapi dikenal di langit. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti dapat. Hikayat tentang Uwais Al-Qarni ini mengabarkan kepada kita pernah ada seorang anak muda yang tidak satu ulama pun berani mengabarkan tentang keulamaannya. Pertanyaan kita siapakah Uwais Al-Qarni dan bagaimana kisah baktinya kepada orangtua?
Cerita Kehidupan Uwais Al-Qarni
Uwais Al-Qarni adalah seorang anak muda yang berasal dari negeri Yaman. Rasulullah pernah berkata kepada Umar “kalo kau nanti memiliki masalah, datangilah seorang pemuda yang bernama Uwais Al-Qarni dengan ciri-ciri memiliki tanda putih di lehernya. Mintalah do’a darinya.” Umar yang Rasul katakan ahli surga, diminta untuk meminta do’a kepada seorang pemuda yang tidak ada satu ulama pun mengatakan keulamaannya. Artinya dia adalah seorang pemuda biasa. Para hafidz Qur’an pun tidak mengatakan Uwais penghapal Al-Qur’an atau periwayat hadits. Dia hanya seorang pemuda yang diuji dengan sekian banyak ujian. Salah satu ujiannya adalah dia memiliki penyakit sopak seperti panu. Diapun tinggal di sebuah kampung yang jauh dari keramaian. Dia mempunyai ibu yang cacat. Apapun yang dia lakukan, yang dia nomor satukan adalah ibunya.
Adapun kelebihan Uwais Al-Qarni diabadikan dalam Hadits Rasulillah Shallallahu Alaihi Wasallam. Uwais berkata kepada ibunya “bahwa tidak ada sesuatu yang kutolak dari apa yang kau pinta wahai ibu.” Kecuali satu permintaan yang dia bingung untuk menjawabnya. Ibunya berkata “Uwais, entah sampai kapan umurku ini. Ibumu ini tidak sempurna, cacat wahai Uwais. Mungkin kah ibu bisa melihat ka’bah?” Uwais tidak bisa menjawab, bagaimana membawa ibunya dari negeri Yaman ke Mekkah. Uwais pun memohon kepada Allah sebuah kemudahan. Dia melatih dirinya dengan menggendong seekor anak sapi menuju atas gunung selama 8 bulan. Hingga bergulirnya waktu anak sapi semakin berat karena semakin besar, namun Uwais pun berbentuk bidang badannya karena terbiasa mengangkat sapi. Orang berkata “Uwais gila.”
Uwais Al-Qarni pada Saat Bulan Haji Tiba
Kemudian sampailah bulan haji. “Ibu naiklah kepundak ku” kata Uwais. Sehingga dia gendonglah ibunya. Dia minta kepada Allah dimudahkan untuk membawa ibunya sebelum meninggal berkunjung ke rumah Allah ka’bah. Dia gendong dari negeri Yaman hingga ke Mekkah. Sesampainya di Mekkah dia bertawaf di ka’bah. Selesai tawaf dia sholat di makam Ibrahim, dan dia berdo’a kepada Allah “Yaa Allah ampunkanlah ibuku, mudahkanlah dia masuk ke dalam surga Mu Yaa Allah. Karena cuma ampunan Mu yang bisa mengijinkan dia menginjakkan kaki ke surga Mu Yaa Allah.” Ibunya berkata “Uwais, mintalah sesuatu kepada Allah untuk dirimu jangan untuk diriku.” Ia pun menjawab“Tidak ibu, kalau Allah ampunkan kamu, kamu masuk ke surga, dan kamu ridho. Cukup untukku sudah ibu. Ridho mu itulah yang akan membuat aku masuk ke surga Allah nanti.” Dapat kita lihat manusia sholeh hasil dari do’a yang telah dicontohkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Uwais Al-Qarni pergi ke rumah Rasul di Madinah
Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpesan pada Umar dan Ali “di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua.” Karena Uwais pernah ingin bertemu dengan Rasullullah Shallallahu Alaihi Wasallam tapi tidak bertemu. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di Madinah. Ibu Uwais mengijinkan dan ibunya berkata, “apapun yang terjadi kalau kau sudah sampai rumah Rasul, kembalilah. Jangan kau tinggal ibumu sendiri.”
Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais menuju Madinah dengan semangat. Sesampainya di rumah Rasul, ia ketuk pintu rumah Rasul dan dia meminta izin untuk berjumpa dengan Rasul. Bertemulah ia dengan istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang bernama Aisyah ra. Aisyah berkata”Rasul sedang perang, susah kau temui dia.” Uwais bertanya”Kapan Rasul pulang?” “mungkin beberapa hari atau mungkin saya tidak tahu.” kata Aisyah. Uwais merasa sangat sedih, karena ingin sekali bertemu Rasul di zamannya tapi tidak ketemu. Jika bukan karena ibunya yang berkata “kalau tak kau temui, pulanglah. Ibu menanti mu.” Mungkin jika ibunya tidak berkata seperti itu dan ibunya tidak ada dia tunggu Rasul pulang. Tapi, karena ibunya menanti maka dia tinggalkan rumah Rasul. Dia ingat ibunya menanti, dia tidak ingin ibunya mengeluh.
Uwais Al-Qarni bertemu Khalifah Umar dan Ali
Ketika ibunya meninggal, dia baru bisa keluar mengikuti rombongan Yaman ke Syam. Disitulah dia bertemu dengan Umar. “Rombongan Yaman? Apakah ada salah seorang pemuda diantara kalian yang bernama Uwais?” kata Umar. Uwais pun menjawab “saya khalifah, saya”. Umar pun melihat pada lengan nya ada tanda putih. Kenapa? karena pada saat dia berdo’a minta yang terbaik untuk ibunya, penyakit sopaknya hilang. Allah sisakan sedikit dibagian lengannya. Sebagai tanda yang Rasul mengatakan “cirinya anak muda ini memiliki tanda sopak dibagian tangannya.”
“Kamu Uwais? Rasul pernah kirim salam, kamu adalah penghuni langit.” kata Umar. Uwais pun menjawab”ssst. jaga wahai lisan khalifah. Jangan orang ada yang tahu siapa saya. “Umar berkata “Mohonkan Istighfar kepada Allah untuk kami.” “Wahai khalifah, kau yang lebih layak beristighfar untuk ku, manusia biasa”. kata Uwais. “Tidak Rasul merekomendasikan kamu. Berdo’alah kepada Allah untuk kami.” kata Umar. Uwais menjawab “baik, setelah aku berdo’a anggaplah aku telah tiada.” Manusia yang mengerti tercipta untuk beribadah, lihat kalau Uwais mengangkat tangan ke langit, langit bergetar. Oleh karena itu, setelah kita membaca kisah di atas, mintalah kepada Allah agar Allah tidak mengambil kasih kita kepada kedua orangtua kita. Karena apalah artinya hidup tanpa ridho dari keduanya, khususnya ibu kita. Demikian artikel singkat mengenai kisah dari Uwais Al-Qarni. Semoga bermanfaat.