Bagi ayah bunda yang memiliki anak usia sekolah, mungkin saat ini sudah menerima hasil PTS (penilaian tengah semester) anak-anaknya. Bagaimana hasilnya? Memuaskan? Atau malah sebaliknya?
Apabila angka yang tertulis pada rapor itu kurang memuaskan, tidak sesuai ekspektasi, jangan dulu menyalahkan anak apalagi memarahi mereka.
Kita harus terlebih dulu memahami tujuan dari sebuah penilaian atau katakanlah ujian. Nilai bukanlah satu-satunya indikator prestasi. Maka dari itu, adanya miskonsepsi fungsi penilaian.
Ada sedikitnya tiga aspek yang dikembangkan dalam pendidikan. Yaitu aspek kognitif atau pengetahuan. Afektif atau sikap, dan psikomotor atau keterampilan.
Dan PTS tadi hanya mengukur aspek kognitif atau pengetahuan saja. Sementara aspek afektif dan psikomotor memerlukan instrumen penilaian lain.
Apakah nilai menjadi tolak ukur pencapaian?
Jika nilai menjadi satu-satunya ukuran capaian prestasi anak, maka tidak heran kita masih mendapati anak yang rela melakukan apa saja demi meraih nilai yang bagus.
Meski dengan melakukan cara-cara yang tidak baik.
Seperti dengan cara mencontek, memaksa teman untuk membagi jawaban, dan cara negatif lainnya.
Terdapat miskonsepsi fungsi penilaian. Melakukan penilaian itu sendiri bukan hanya untuk mengukur sejauh mana kemampuan anak dalam memahami apa yang anak pelajari.
Tetapi juga untuk mengukur sudah sejauh mana melakukan proses belajar.
Hasil dari pelaksanaan penilaian itu sendiri, selain bermanfaat untuk anak juga menjadi bahan evaluasi bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan.
Berhasilkah atau membutuhkan perbaikan dalam proses pembelajaran berikutnya.
Selain itu, penting juga bagi anak untuk mengetahui apakah ilmu yang telah anak dapat di kelas memiliki keterkaitan dalam menyelesaikan permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai pengetahuan yang sudah diperoleh di dalam kelas tersebut bisakah diaplikasikan di dalam kehidupan di sekitarnya.
Perhatikan perkembangan anak ketika beraktifitas
Mengukur kompetensi anak tentu bukan hanya dengan melihat angka yang tertera di rapot saja.
Kita bisa memperhatikan adakah perkembangan anak yang terlihat dalam menjalankan aktifitasnya.
Bukan hanya aspek pengetahuan saja. Tetapi aspek sikap dan keterampilannya.
Bisa jadi anak memperoleh hasil yang kurang baik di dalam PTS tetapi dia menunjukkan perubahan sikap yang baik di dalam kehidupannya.
Misalnya mulai memiliki jadwal aktifitas harian. Memiliki sopan santun ataupun tatakrama.
Bisa jadi anak kita sudah bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada mainannya secara otodidak.
Merapihkan kamar secara mandiri, memiliki empati kepada adik dan teman-temannya dan lain sebagainya.
Itu juga merupakan hasil dari pendidikan yang sepertinya tidak tertulis di dalam rapor tengah semester.
Perlu kita ketahui, bahwa individu bersifat unik. Berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Hidup bukan deretan angka-angka tetapi rangkaian masalah yang memerlukan keterampilan dalam menyelesaikannya.
Dan salah satu fungsi sekolah adalah menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah. Menjadi bagian dari solusi di masyarakat.
Menjadi pribadi yang bukan hanya cerdas dalam pemikiran tetapi juga terampil dan memiliki akhlakul karimah atau budi pekerti yang baik.