Istilah ketapel (catapult) berasal dari Bahasa yunani, cata (bawah) dan pollo (melemparkan). Awalnya bangsa yunani pada 300SM menemukan ketapel. Selama bertahun-tahun, ketapel didesain dan dikembangkan terus menerus. Dan dahulu tentara-tentara seluruh dunia sering sekali menggunakannya sebagai senjata untuk melumpuhkan lawan dari jarak jauh. Ketika perang pada awal 399 SM, mulai menggunakan ketapel sebagai senjata.
Sejarah Ketapel Tangan
Ketapel (umban) sering ada dalam Perjanjian Lama. Kita mengenal benda ini terutama dalam kisah Daud dan Goliat. Barang ini merupakan salah satu senjata yang sangat mematikan pada dunia kuno. Ada suatu cerita bahwa suku Benyamin salah satu suku Israel memiliki ratusan orang kidal.
Orang kidal ini mahir menggunakan ketapel dan menembak targetnya dengan tepat tanpa meleset sehelai rambut pun. Bahkan orang-orang Israel menggunakan batu dan umban untuk berperang.
Nama permainan ini berasal dari nama alatnya yang terbuat dari kayu yang bentuknya menyerupai huruf “Y” atau dahan kayu bercagak/bercabang. Anak laki-laki berumur antara 7 hingga 14 tahun biasanya melakukan permainan ini. Ketapel adalah sebuah mainan sederhana namun bisa menjadi sebuah senjata sederhana yang hebat.
Apabila orang yang sudah terampil memainkan sebuah ketapel, tidak hanya mampu membunuh seekor burung merpati. Ketapel berukuran tinggi 25 cm. Dengan memasang karet kolor hitam atau merah panjang 55 cm pada kedua ujung kayu, lalu menyambungkan ujung-ujung karet dengan potongan kulit.
Alat ini berguna untuk menembak sesuatu seperti binatang atau buah-buahan. Dapat menggunakan batu kecil yang terpasang pada kulit sebagai peluru. Cara menggunakan ketapel yaitu membidiknya dengan membentangkan suatu tali karet yang kuat dan terpasang pada kedua ujung ketapel. Dan pada ujung tali karet tersebut terdapat wadah dari kulit atau bahan yang kuat dan dengan berisikan kerikil atau batu atau benda sebagai pelurunya.
Kemudian memegang ketapel dengan tangan satu dan tangan lainnya memegang wadah kulit tersebut. Selanjutnya melepas kulit, maka melesat lah kerikil atau batu yang menjadi peluru untuk mengenai target atau sasaran.
Ketapel Zaman Dahulu
Ketapel zaman dahulu terbuat dari kulit atau juga dari anyaman wol. Dengan sebuah kantung pada bagian tengah untuk meletakkan batu. Semakin panjang tali katapelnya semakin jauh pula lemparannya. Ketapel jarak jauh panjangnya sekitar 3 kaki.
Menurut sebuah dokumen perang, melatih pasukan panah untuk membidik target sejauh 175 meter jauhnya sedangkan pasukan ketapel dengan jarak yang lebih jauh yaitu 375 meter. Pasukan ketapel bahkan mampu membidik muka musuh secara akurat dengan kecepatan lemparan mencapai 90 km/jam.
Sebuah buku tentang kesehatan Roma yang Celcus tulis pernah menuliskan cara-cara pengambilan batu ketapel dari dalam tubuh seseorang. Kemungkinan ini bisa terjadi pada kala batu ketapel mampu menembus tubuh atau kulit seseorang, walaupun dengan pelindung tubuh dari kulit binatang.
Hal ini dapat memungkinkan dengan pemilihan desain ketapel, tali yang kuat dan batu atau benda lainnya yang menggunakaannya pada saat telah merancangnya sedemikian rupa untuk menembus dan melukai.
Perkembangan Ketapel
Ketapel yang kita kenal tidak hanya orang Indonesia mainkan saja lho. Luar negeripun sudah sejak lama orang menggunakan ketapel, orang dewasa pun banyak yang menggunakan alat sederhana ini sebagai senjata.
Karena jika mau memiliki senjata api pastinya akan memerlukan izin khusus, dengan memiliki ketapel sebagai senjata tidak perlu repot lagi untuk mengurus izinnya. Hampir seluruh dunia membuat sebuah ketapel dengan sentuhan desain modern dan berseni tinggi, membuat sebuah gagang ketapel dengan kayu oak, pinus, bahkan kayu jati dengan hasil yang sangat indah hingga sampai menggunakan material seperti besi, baja dan carbon serta titanium.
Dengan berkembangnya zaman banyak sekali ketapel yang telah tercipta hingga saat ini dengan mengembangkan berbagai macam modifikasi agar keakuratan akurasi dalam membidik target dapat lebih sempurna.
Walaupun memang tidak banyak lagi anak – anak atau remaja yang memilih untuk memilikinya dibandingkan karena lebih memilih untuk memiliki smartphone, game online, drone dan sebagainya.
Perlu diingat alat ini pun dapat menjadi berbahaya bilamana digunakan oleh pengguna yang tidak bertanggungjawab dalam mempergunakannya secara arif dan bijaksana, akan tetapi ketapel tetap selalu mempunyai tempat di hati para jiwa petualang yang mengaguminya.
(Sumber utama: https://ronaldojuwandi.wordpress.com/2017/01/06/ketapel/)