Takotsubo Cardiomyopathy, Sindrom Patah Hati yang Mematikan – Pernahkah anda mendengar kalimat seperti patah hati itu mematikan atau semacamnya?
Mungkin terdengar sekedar metafora, namun ternyata pernyataan tersebut juga bisa dijelaskan secara medis.
Seperti yang tercantum dalam Texas Health Institute Journal, para ahli telah melakukan penelitian bahwa keadaan psikologis akibat patah hati memiliki dampak untuk kesehatan fisik.
Sindrom patah hati memiliki beberapa nama yang cukup rumit, seperti Ventricullar Apical Balloning Syndrome atau Myocardical Stunning.
Namun kondisi kelainan jantung karena patah hati tadi terkenal dengan nama Takotsubo Cardiomyopathy.
Nama takotsubo berasal dari bahasa Jepang yang berarti perangkap gurita, karena bentuk jantung yang menyerupai penangkap gurita saat mengalami kondisi ini.
Penyebab dan Gejala
Broken Heart Syndrome biasa terjadi pada orang yang mengalami kesedihan mendalam atau stress, baik stress emosional maupun stress fisik.
Banyak keadaan yang bisa menjadi pemicunya, entah karena orang tersayangnya pergi, tuntutan pekerjaan, tekanan lingkungan atau cemas yang berlebihan.
Kondisi emosional dapat menyebabkan meningkatnya hormon katekolamin yang bersifat toksik ke otot jantung.
Otot pada bilik jantung yang berfungsi memompa darah jadi melemah dan tidak berfungsi dengan maksimal.
Selain karena hormon stress, sampai sekarang masih diteliti apakah ada faktor genetik tertentu yang berkaitan dengan organ jantung dan takotsubo syndrome.
Seseorang yang mengalami broken heart syndrome biasanya menunjukkan gejala yang mirip dengan serangan jantung.
Seperti jantung berdebar tidak normal, tiba-tiba sesak nafas, nyeri di dada bahkan sampai pingsan.
Ada perbedaan antara penyakit jantung dengan sindrom patah hati.
Pada serangan jantung biasa terlihat dengan pembuluh darah yang tersumbat, sedangkan pada takotsubo cardiomyopathy pembuluh darahnya menyempit.
Perbedaan lainnya adalah bahwa takotsubo syndrom tidak memberikan kerusakan jantung permanen sehingga biasanya dapat pulih dalam rentang waktu 4-11 minggu.
Namun pada kasus yang tidak segera mendapat penanganan, bisa terjadi syok kardiogenik.
Syok kardiogenik adalah syok jantung hingga tidak bisa memompa darah sebagaimana mestinya. Kondisi syok ini berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.
Fakta dan Pencegahan



Fakta lain dari sindrom ini, bahwa 90 persen penderitanya adalah seorang wanita. Terlebih pada wanita menopause.
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi pada seorang wanita yang biasa terjadi sekitar usia 50 tahun.
Pada masa menopause terdapat pengaruh perubahan hormon yang bisa memicu terjadinya sindrom patah hati.
Meski begitu, sindrom ini bisa menyerang siapa saja dengan berbagai rentang usia.
Tidak menutup kemungkinan yang berusia muda juga bisa terserang. Oleh karena itu, anda dapat meminimalisir sindrom patah hati ini dengan pengelolaan stress yang baik.
Lakukan kegiatan yang dapat membuat rileks atau yang bisa mengalihkan pikiran dari sakit hati yang dirasakan. Melakukan meditasi seperti yoga juga bisa menjadi salah satu pilihan.
Jika anda sudah melakukan pencegahan namun merasa tidak cukup atau sindrom ini sudah menyerang, sebaiknya segera menghubungi ahli agar mendapat penanganan yang sesuai.
Perlu anda pahami bahwa artikel ini hanya membagikan informasi terkait takotsubo cardiomyopathy dan tidak untuk digunakan sebagai acuan self-diagnose. Jika anda merasa butuh bantuan, segera hubungi tenaga medis profesional.